Hubungan Interpersonal
A. Model-model Hubungan Iterpersonal
Model
hubungan komunikasi interpersonal tersebut meliputi:
§ Model Pertukaran Sosial (Social
Exchange Model)
Model
pertukaran sosial atau biasa dikenal dengan istilah social exchange model
biasanya mengidentikkan hubungan interpersonal dengan suatu transaksi dagang (tawar
menawar).
ü Selain itu
pertukaran sosial juga membuat kita yang sedang berkomunikasi tidak sadar bahwa
kita sedang mempertukarkan pengalaman masing-masing.
ü Dan dalam
hal ini banyak dari kita yang berkomunikasi menjadi puas karena dari pengalaman
berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan yang secara langsung maupun tidak
langsung telah dijawab dari berbagai pertukaran pengalaman (Liliweri, 1991:
69).
§ Model Peranan (Role Model)
ü Dalam model
ini hubungan interpersonal dianalogikan seperti sebuah sandiwara.
Jadi, dalam setiap hubungan individu memiliki perannya
masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya (role expectation) dan tuntutan
peranan (role demands).
ü Dalam model
peran ini, setiap individu memiliki peranan yang harus dimainkan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
ü Contoh
sederhananya misalnya saja adalah ayah.
v Dalam
keluarga peran ayah adalah pemimpin keluarga,
v Ia adalah
bapak dari anak-anaknya dan suami dari istrinya,
v Sedang
didalam masyarakat ia adalah anggota masyarakat yang harus patuh dan tunduk
dalam aturan masyarakat,
v Sedang dalam
dunia pekerjaaannya ia adalah seorang ahli yang paham dengan apa yang ia jalani
sebagai profesinya.
§ Model Permainan (Games People Play
Model)
ü Teori
analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi
yang mendasar.
ü Dan analisis
transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada
hubungan interaksional.
ü Dalam diri
setiap manusia, menurut Collins, manusia memiliki tiga status ego.
- Sikap dasar ego yang mengacu pada:
v Sikap orang
tua (Parent= P. exteropsychic);
v Sikap orang
dewasa (Adult=A. neopsychic); dan
v Ego anak
(Child = C, arheopsychic).
- Ketiga
sikap tersebut dimiliki setiap orang, di segala usia.
ü Contoh
sederhana yang bisa diambil adalah, misalnya saja adalah anak bungsu.
v Anak bungsu
didalam keluarga cenderung manja dan kekanak-kanakan.
v Akan tetapi
jika ada ditengah-tengah teman sepermainan ia akan bisa memiliki sifat orang dewasa
yang bisa menjadi sangat pragmatis dan realistis.
v Sebaliknya
jika ada di depan pasangannya ia akan menjadi sifat orang tua yang bisa
menuntun, memahami dan menyayangi.
§ Model Interaksional (Interactional
Model)
ü
Dalam model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem. Transaksi disini dalam komunikasi kemudian disetarakan artinya sebagai
suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi (Mulyana, 2005: 65).
ü
Unsur penting dari sifat transaksi ini adalah feed back atau umpan
balik (Mulyana, 2005: 66). Dan komunikasi semacam ini sering kita alami dalam hubungan
interpersonal kita dengan orang lain.
ü Contoh
sederhananya adalah misalnya ketika kita dipanggil ibu kita, kita kemudian
menyahut dengan kata “ Dalem” dan menghampirinya, itu merupakan suatu bentuk
dan tindakan dari komunikasi interpersonal.
B. Memulai Hubungan
Proses
pembentukan kesan atau makna terhadap orang lain disebut persepsi sosial (Baron
& Byrne, 1994), atau istilah persepsi interpersonal (Schiffman, 1990; Brehm
& Kassin, 1993; Malloy, et al., 1997). Persepsi interpersonal merupakan
salah satu unsur penting dalam proses komunikasi dan interaksi sosial. Situasi
interaksi menyangkut interdependensi dua orang atau lebih yang terjadi karena
adanya kesamaan sinyal berdasar pengalaman bersama (field of experience). Oleh
karena itu, dalam memersepsi, individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan
keadaan diri sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelley (dalam Taylor, et
al., 1994) bahwa persepsi interpersonal melibatkan pengaruh individu yang satu
terhadap individu lainnya, perasaan, kepercayaan, dan perilaku. Dengan lain
perkataan, persepsi interpersonal adalah proses pengorganisasian,
pengiriterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
aktif dan integratif dalam keseluruhan pribadi individu (Walgito, 1990).
Selanjutnya,
Kelley (dalam Taylor, et al., 1994) menyatakan bahwa persepsi interpersonal
melibatkan usaha-usaha untuk membentuk kesan terhadap orang lain dengan
mengombinasikan informasi yang berbeda tentang sesuatu hal baik melalui
penampilan fisik, kata-kata atau tindakan. Hal senada dikemukakan oleh
Matsumoto (1996) bahwa persepsi interpersonal menunjukkan proses pembentukan
suatu kesan terhadap stimulus yang melibatkan diri dalam proses interaksi.
Untuk
membedakan persepsi terhadap objek seperti benda, peristiwa dan persepsi
pribadi (person perception), maka digunakan istilah persepsi interpersonal (interpersonal
perception) untuk subjek manusia, sedangkan persepsi pada objek selain manusia
disebut saja persepsi objek (Malloy, et al., 1997). Secara singkat dapat
dirumuskan bahwa persepsi interpersonal adalah respons terhadap stimulus
(verbal atau nonverbal) sehingga terbentuk suatu kesan yang berfungsi mengatur dan
mempermudah hubungan sosial. Proses persepsi interpersonal ini melibatkan
keseluruhan aspek pribadi seperti: pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman,
dan situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus.
C. Hubungan Peran
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan
interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan: Tahap ini
sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal
menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,
ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan
nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan
proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles
R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang
atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa
lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan: Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d)
nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan
Hubungan:
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan
hubungan, yaitu:
a. Kompetisi,
dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang
lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan
orang lain.
b. Dominasi,
dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang
tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan,
dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama
tidak tercapai.
d. Provokasi,
dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan
nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Salah satu
hal yang mendasar terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang
tertarik dengan orang lain. Apabila ada daya tarik diantara mereka, maka kemungkinan
terjadinya hubungan lebih besar. Kenyataan seperti ini bisa dilihat ditempat-tempat
umum. Karena tidak ada perhatian dan ketertarikan dengan wanita mahasiswa baru,
seorang pria tidak akan menjalin hubungan sosial dengan wanita mahasiswa baru
tersebut. Sebaliknya meskipun kondisi yang ada sebenarnya sulit untuk
mengadakan kontak sosial, tetapi karena seseorang tertarik sangat kuat pada orang
lain, maka akan diusahakan oleh orang pertama tersebut untuk menjalin hubungan.
Dalam
kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan pernah terlepas
dari orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan
interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali muncul suatu hubungan diantara
individu, hubungan itu berawal dari interaksi antar individu yang semakin lama
sehingga menimbulkan sebuah perasaan ketertarikan antar individu, berawal dari ketertarikan
itu manusia akan menjalani hubungan yang jauh yang berupa persahabatan, setelah
masa persahabatan berjalan baik dalam waktu yang lama atau pendek terkadang
akan menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di antara individu, perasaan
itulah yang disebut intimasi.
Jadi,
intimasi atau ketertarikan adalah sebuah fenomena yang dialami dan dirasakan
oleh setiap individu didalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal
dari sebuah proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya.
E. Intimasi dan Pertumbuhan
§ Tahapan ini
berlangsung pada usia 19 - 35 tahun.
§ Tugas
perkembangan yang harus diselesaikan adalah kecenderungan intimasi dan isolasi.
§ Remaja lebih
memilih ikatan dengan teman sebaya, namun pada masa ini mereka lebih selektif
membina hubungan akrab dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Keakraban
berarti kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan
mereka.
§ Individu
yang tidak dapat menjalin ikatan dengan orang lain secara baik, misalnya merasa
takut disakiti atau tidak mampu berbagi pengalaman akan merasa terisolasi.
§ Kesulitan
penyesuaian yang dapat timbul pada periode ini adalah rasa acuh tak acuh,
artinya tidak peduli atau tidak tergantung pada bentuk hubungan baik dengan
orang lain seperti sahabat, tetangga, maupun orang yang dicintai.
§
Apabila pada tahap ini terjadi keseimbangan, maka nilai yang
diperoleh adalah rasa cinta dan kasih sayang. Kegagalan pada fase ini adalah
mengisolasi dari rasa cinta, persahabatan, dan lingkungan masyarakat.
Cinta dan
Perkawinan
A. Memilih Pasangan
Dengan
pemikiran dan pertimbangan yang bijaksana. Ini berarti bahwa pilihan
betul-betul melalui proses pertimbangan dan tidak hanya berdasarkan cinta yang
semata-mata dilandasi oleh napsu-berahi saja. Dalam hal ini perlu dibedakan
antara cinta-berahi dan kasih-sayang.
Cinta-berahi
atau erotic love” atau romantic love”, sangat erat bertautan dengan keadaan
luar yakni penampilan yang menggairahkan atau suasana yang merangsang napsu
berahi. Cinta demikian ini yang lebih mementingkan pemuasan dan kesenangan diri
sendiri. Sebaliknya kasih-sayang lebih bertautan dengan memberi sayang, memberi
kepuasan dan kesenangan kepada orang lain.
B. Hubungan Dalam Perkawinan
Menikah bagai sebuah oase, menawarkan
keindahan namun saat didekati ternyata hanya indah sesaat. Tak terlepas juga
hal ini terjadi pada pernikahan usia muda. Meski ada juga yang sukses
menjalaninya, namun bukan berarti hubungan yang dijalani mulus-mulus saja.
Meski dianggap belum dewasa, karena dianggap memutuskan menikah hanya karena
emosi sesaat, namun secara hukum, pasangan berusia 17-23 tahun sudah
diperbolehkan menikah.
1. Alasan menikah Di Indonesia, umumnya
ada dua alasan besar seseorang memutuskan menikah muda. Pertama, karena
hamil di luar nikah saat usia muda (atau istilah kerennya, Married by
Accident), dan yang kedua, telah ada rencana jangka panjang yang disusun
berdua. Misal, menginginkan usia anaknya tidak terlalu jauh dan berharap kelak
saat pensiun, anaknya sudah beranjak dewasa. Kedua, harus ada bekal
kesiapan mental Anda dan pasangan yang dibarengi dengan kedewasaan dalam
berpikir, bertindak dan memutuskan sesuatu. Jika Anda sudah mengambil keputusan
tersebut, maka mulailah merencanakan tentang pernikahan. Bacalah referensi
buku-buku pernikahan, tentang anak, self improvement dan sebagainya. Btw, masih
ada gak ya pernikahan karena dijodohkan oleh orang tua?
2. Membiayai hidup: Karena
setelah menikah, terasa tabu bila masih menggantungkan finansial kepada
orangtua. Pernikahan membutuhkan uang untuk banyak post yang menunggu, mulai
dari pengeluaran rumah tangga, apalagi jika sudah memiliki anak. Pikirkan
berbagai biaya yang harus dipenuhi, mulai dari membeli susu, makan, hingga
sekolah anak. Jika Anda sudah mampu mencukupinya, ini menjadi salah satu tanda
sudah dewasa dan siap untuk menikah.
3. Menahan ego: Tak jarang,
konflik yang dihadapi pasangan yang menikah muda adalah masalah ego. Masih
adanya kesenangan mementingkan diri sendiri, sehingga jika tidak bisa diatasi
bisa menimbulkan konflik yang semakin meruncing diantara kedua belah pihak.
Harus ada salah satu pihak yang bisa meredam ego, sehingga masalah tidak
semakin membesar.
4. Mengenal diri pribadi dan pasangan: Artinya,
ada saling mengenal pribadi antara Anda dan pasangan. Hal ini penting supaya
ada kesiapan Anda menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. Jadi, tak
ada salahnya mengenali dirinya secara mendalam, agar tak merasa salah pilih di
kemudian hari.
5. Komitmen di awal pernikahan: Ada baiknya
jika sebelum menikah terlebih dulu membuat perjanjian pra nikah. Perjanjian ini
tak hanya menyoal masalah keuangan, tetapi juga msalah lain. Misal, komitmen
masalah anak, tentang pengurusannya kelak, juga tentang ijinnya apakah Anda
kelak masih boleh bekerja setelah punya anak. Semuanya harus jelas di awal,
agar tidak menimbulkan masalah besar dalam rumah tangga.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan
tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu
tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang
terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi
dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu
kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang
diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi
karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada
hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini,
tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang
bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan
ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga
kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya,
pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Misalnya
seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika
dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan,
pendapatan dan sosial. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau
daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang
telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam
pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu
kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal
tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali
setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan
berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif Selain Pernikahan
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi
posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria
menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat
prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus
pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah. Kemapanan
dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi.
Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup
mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Pelajang
biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan
teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah. Tidak dapat
dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki
pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati. Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan
Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan
sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria.
Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong
perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
SUMBER:
books.google.com/books?isbn=9794152153
http://mirzaanggaraputri.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
0 komentar:
Posting Komentar