Kesehatan Mental 3

Hubungan Interpersonal



A. Model-model Hubungan Iterpersonal
Model hubungan komunikasi interpersonal tersebut meliputi:
§  Model Pertukaran Sosial (Social Exchange Model)
Model pertukaran sosial atau biasa dikenal dengan istilah social exchange model biasanya mengidentikkan hubungan interpersonal dengan suatu transaksi dagang (tawar menawar).
ü Selain itu pertukaran sosial juga membuat kita yang sedang berkomunikasi tidak sadar bahwa kita sedang mempertukarkan pengalaman masing-masing.
ü Dan dalam hal ini banyak dari kita yang berkomunikasi menjadi puas karena dari pengalaman berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan yang secara langsung maupun tidak langsung telah dijawab dari berbagai pertukaran pengalaman (Liliweri, 1991: 69).
§  Model Peranan (Role Model)
ü Dalam model ini hubungan interpersonal dianalogikan seperti sebuah sandiwara.
Jadi, dalam setiap hubungan individu memiliki perannya masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands).
ü Dalam model peran ini, setiap individu memiliki peranan yang harus dimainkan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
ü Contoh sederhananya misalnya saja adalah ayah.
v Dalam keluarga peran ayah adalah pemimpin keluarga,
v Ia adalah bapak dari anak-anaknya dan suami dari istrinya,
v Sedang didalam masyarakat ia adalah anggota masyarakat yang harus patuh dan tunduk dalam aturan masyarakat,
v Sedang dalam dunia pekerjaaannya ia adalah seorang ahli yang paham dengan apa yang ia jalani sebagai profesinya.
§  Model Permainan (Games People Play Model)
ü Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
ü Dan analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional.

ü Dalam diri setiap manusia, menurut Collins, manusia memiliki tiga status ego.
- Sikap dasar ego yang mengacu pada:
v Sikap orang tua (Parent= P. exteropsychic);
v Sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan
v Ego anak (Child = C, arheopsychic).
- Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang, di segala usia.
ü Contoh sederhana yang bisa diambil adalah, misalnya saja adalah anak bungsu.
v Anak bungsu didalam keluarga cenderung manja dan kekanak-kanakan.
v Akan tetapi jika ada ditengah-tengah teman sepermainan ia akan bisa memiliki sifat orang dewasa yang bisa menjadi sangat pragmatis dan realistis.
v Sebaliknya jika ada di depan pasangannya ia akan menjadi sifat orang tua yang bisa menuntun, memahami dan menyayangi.
§  Model Interaksional (Interactional Model)
ü Dalam model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Transaksi disini dalam komunikasi kemudian disetarakan artinya sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi (Mulyana, 2005: 65).
ü Unsur penting dari sifat transaksi ini adalah feed back atau umpan balik (Mulyana, 2005: 66). Dan komunikasi semacam ini sering kita alami dalam hubungan interpersonal kita dengan orang lain.
ü Contoh sederhananya adalah misalnya ketika kita dipanggil ibu kita, kita kemudian menyahut dengan kata “ Dalem” dan menghampirinya, itu merupakan suatu bentuk dan tindakan dari komunikasi interpersonal.

B. Memulai Hubungan
Proses pembentukan kesan atau makna terhadap orang lain disebut persepsi sosial (Baron & Byrne, 1994), atau istilah persepsi interpersonal (Schiffman, 1990; Brehm & Kassin, 1993; Malloy, et al., 1997). Persepsi interpersonal merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi dan interaksi sosial. Situasi interaksi menyangkut interdependensi dua orang atau lebih yang terjadi karena adanya kesamaan sinyal berdasar pengalaman bersama (field of experience). Oleh karena itu, dalam memersepsi, individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan keadaan diri sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelley (dalam Taylor, et al., 1994) bahwa persepsi interpersonal melibatkan pengaruh individu yang satu terhadap individu lainnya, perasaan, kepercayaan, dan perilaku. Dengan lain perkataan, persepsi interpersonal adalah proses pengorganisasian, pengiriterpretasian ter­hadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang aktif dan integratif dalam keseluruhan pribadi individu (Walgito, 1990).
Selanjutnya, Kelley (dalam Taylor, et al., 1994) menyatakan bahwa persepsi interpersonal melibatkan usaha-usaha untuk membentuk ke­san terhadap orang lain dengan mengombinasikan informasi yang berbeda tentang sesuatu hal baik melalui penampilan fisik, kata-kata atau tindakan. Hal senada dikemukakan oleh Matsumoto (1996) bah­wa persepsi interpersonal menunjukkan proses pembentukan suatu kesan terhadap stimulus yang melibatkan diri dalam proses interaksi.
Untuk membedakan persepsi terhadap objek seperti benda, peristiwa dan persepsi pribadi (person perception), maka digunakan istilah per­sepsi interpersonal (interpersonal perception) untuk subjek manusia, sedangkan persepsi pada objek selain manusia disebut saja persepsi objek (Malloy, et al., 1997). Secara singkat dapat dirumuskan bahwa persepsi interpersonal adalah respons terhadap stimulus (verbal atau nonverbal) sehingga terbentuk suatu kesan yang berfungsi mengatur dan mempermudah hubungan sosial. Proses persepsi interpersonal ini melibatkan keseluruhan aspek pribadi seperti: pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman, dan situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus.

C. Hubungan Peran
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan: Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan: Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan Hubungan: Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Salah satu hal yang mendasar terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang tertarik dengan orang lain. Apabila ada daya tarik diantara mereka, maka kemungkinan terjadinya hubungan lebih besar. Kenyataan seperti ini bisa dilihat ditempat-tempat umum. Karena tidak ada perhatian dan ketertarikan dengan wanita mahasiswa baru, seorang pria tidak akan menjalin hubungan sosial dengan wanita mahasiswa baru tersebut. Sebaliknya meskipun kondisi yang ada sebenarnya sulit untuk mengadakan kontak sosial, tetapi karena seseorang tertarik sangat kuat pada orang lain, maka akan diusahakan oleh orang pertama tersebut untuk menjalin hubungan.
Dalam kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan pernah terlepas dari orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali muncul suatu hubungan diantara individu, hubungan itu berawal dari interaksi antar individu yang semakin lama sehingga menimbulkan sebuah perasaan ketertarikan antar individu, berawal dari ketertarikan itu manusia akan menjalani hubungan yang jauh yang berupa persahabatan, setelah masa persahabatan berjalan baik dalam waktu yang lama atau pendek terkadang akan menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di antara individu, perasaan itulah yang disebut intimasi.
Jadi, intimasi atau ketertarikan adalah sebuah fenomena yang dialami dan dirasakan oleh setiap individu didalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya.

E. Intimasi dan Pertumbuhan
§  Tahapan ini berlangsung pada usia 19 - 35 tahun.
§  Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kecenderungan intimasi dan isolasi.
§  Remaja lebih memilih ikatan dengan teman sebaya, namun pada masa ini mereka lebih selektif membina hubungan akrab dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Keakraban berarti kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.
§  Individu yang tidak dapat menjalin ikatan dengan orang lain secara baik, misalnya merasa takut disakiti atau tidak mampu berbagi pengalaman akan merasa terisolasi.
§  Kesulitan penyesuaian yang dapat timbul pada periode ini adalah rasa acuh tak acuh, artinya tidak peduli atau tidak tergantung pada bentuk hubungan baik dengan orang lain seperti sahabat, tetangga, maupun orang yang dicintai.
§  Apabila pada tahap ini terjadi keseimbangan, maka nilai yang diperoleh adalah rasa cinta dan kasih sayang. Kegagalan pada fase ini adalah mengisolasi dari rasa cinta, persahabatan, dan lingkungan masyarakat.



Cinta dan Perkawinan


A. Memilih Pasangan
Dengan pemikiran dan pertimbangan yang bijaksana. Ini berarti bahwa pilihan betul-betul melalui proses pertimbangan dan tidak hanya berdasarkan cinta yang semata-mata dilandasi oleh napsu-berahi saja. Dalam hal ini perlu dibedakan antara cinta-berahi dan kasih-sayang.
Cinta-berahi atau erotic love” atau romantic love”, sangat erat bertautan dengan keadaan luar yakni penampilan yang menggairahkan atau suasana yang merangsang napsu berahi. Cinta demikian ini yang lebih mementingkan pemuasan dan kesenangan diri sendiri. Sebaliknya kasih-sayang lebih bertautan dengan memberi sayang, memberi kepuasan dan kesenangan kepada orang lain.

B. Hubungan Dalam Perkawinan
Menikah bagai sebuah oase, menawarkan keindahan namun saat didekati ternyata hanya indah sesaat. Tak terlepas juga hal ini terjadi pada pernikahan usia muda. Meski ada juga yang sukses menjalaninya, namun bukan berarti hubungan yang dijalani mulus-mulus saja. Meski dianggap belum dewasa, karena dianggap memutuskan menikah hanya karena emosi sesaat, namun secara hukum, pasangan berusia 17-23 tahun sudah diperbolehkan menikah.
1. Alasan menikah Di Indonesia, umumnya ada dua alasan besar seseorang memutuskan menikah muda. Pertama, karena hamil di luar nikah saat usia muda (atau istilah kerennya, Married by Accident), dan yang kedua, telah ada rencana jangka panjang yang disusun berdua. Misal, menginginkan usia anaknya tidak terlalu jauh dan berharap kelak saat pensiun, anaknya sudah beranjak dewasa. Kedua, harus ada bekal kesiapan mental Anda dan pasangan yang dibarengi dengan kedewasaan dalam berpikir, bertindak dan memutuskan sesuatu. Jika Anda sudah mengambil keputusan tersebut, maka mulailah merencanakan tentang pernikahan. Bacalah referensi buku-buku pernikahan, tentang anak, self improvement dan sebagainya. Btw, masih ada gak ya pernikahan karena dijodohkan oleh orang tua?
2. Membiayai hidup: Karena setelah menikah, terasa tabu bila masih menggantungkan finansial kepada orangtua. Pernikahan membutuhkan uang untuk banyak post yang menunggu, mulai dari pengeluaran rumah tangga, apalagi jika sudah memiliki anak. Pikirkan berbagai biaya yang harus dipenuhi, mulai dari membeli susu, makan, hingga sekolah anak. Jika Anda sudah mampu mencukupinya, ini menjadi salah satu tanda sudah dewasa dan siap untuk menikah.
3. Menahan ego: Tak jarang, konflik yang dihadapi pasangan yang menikah muda adalah masalah ego. Masih adanya kesenangan mementingkan diri sendiri, sehingga jika tidak bisa diatasi bisa menimbulkan konflik yang semakin meruncing diantara kedua belah pihak. Harus ada salah satu pihak yang bisa meredam ego, sehingga masalah tidak semakin membesar.
4. Mengenal diri pribadi dan pasangan: Artinya, ada saling mengenal pribadi antara Anda dan pasangan. Hal ini penting supaya ada kesiapan Anda menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. Jadi, tak ada salahnya mengenali dirinya secara mendalam, agar tak merasa salah pilih di kemudian hari.
5. Komitmen di awal pernikahan: Ada baiknya jika sebelum menikah terlebih dulu membuat perjanjian pra nikah. Perjanjian ini tak hanya menyoal masalah keuangan, tetapi juga msalah lain. Misal, komitmen masalah anak, tentang pengurusannya kelak, juga tentang ijinnya apakah Anda kelak masih boleh bekerja setelah punya anak. Semuanya harus jelas di awal, agar tidak menimbulkan masalah besar dalam rumah tangga.

C. Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.

E. Alternatif Selain Pernikahan
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah. Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah. Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati. Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.




SUMBER:
books.google.com/books?isbn=9794152153
http://mirzaanggaraputri.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ms. Sunshine Blogger Template by Ipietoon Blogger Template