TUGAS PSIKOTERAPI 1

v       Psikoanalisa
Dalam pendekatan psikoanalisa, memiliki pandangan bahwa suatu gejala dapat terjadi karena pengalaman masalalu atau trauma masalalu. Pendekatan psikoanalisa ini juga lebih dikenal dengan istilah “asosiasi bebas”. Sedangkan tujuan dari psikoanalisa itu sendiri yaitu untuk membantu menyadarkan individu dari konflik yang tidak disadari serta mekanisme pertahanan (defence mechanism) yag digunakan untuk mengendalikan kecemasan. Apabila motif dan rasa takut yang tidak disadari telah diketahui, maka hal-hal tersebut dapat diatasi dengan cara yang lebih rasional dan realistis. Dalam pendekatan psikoanalisa ini terdapat 5 teknik yang digunakan:
Asosiasi Bebas: Dalam teknik ini klien diminta untuk menceritakan apa saja yang muncul dalam pikirannya, dimana posisi terapis berada dibelakang klien saat klien sedang menceritakan segala sesuatu dalam pikirannya tersebut. Teknik asosiasi bebas ini merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalam masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasitraumatis masa lalu.

Penafsiran (Interpretasi): Fungsi dari teknik interpretasi ini adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebuh lanjut. Dimana terapis menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi beas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Analisi Mimpi: Analisi mimpi merupakan metode mengungkap alam bawah sadar dan memberikan klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Karena, selama tidur pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang dipress akan muncul meskipun dalam bentuk lain. Mimpi meiliki dua taraf, yaitu isi laten da nisi manifest. Tugas terapis disini adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat dalam isi manifest. Terapis juga meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Resistensi: Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Dalam asosiasi bebas, interpretasi dan analisis mimpi klien dapat menunjukan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalamannya. Pada resistensi ini dapat melihat sarana bertahan klien terhadap kecemasan.
Transferensi: Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dengan cara ini maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan kemungkiann klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi-fiksasi, konflik-konflik atau deprivasi-deprivasinya, saat mengatakan mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya.

v       Behavioral (Belajar)
Pendekatan behavioral ini memusatkan pada perilaku atau tindakan sebagai sasaran utama intervensi. Pendekatan ini dirancang untuk membantu klien merubah perilaku mereka yang maladaftif . suatu perilaku dikatakan tidak adaptif jika tidak sesuai atau menyimpang dari harapan dan menyebabkan terjadinya hambatan perkembangan dan masalah dengan lingkungan. Tujuan umum dari pendekatan ini adalah untuk membantu klien mengembangkan perilaku adaftif dalam berbagai situasi. Dalam pendekatan ini terdapat teknik Desensitisasi Sistematis,   Latihan Asertif,   Terapi Aversi,  Penghentian Pikiran, dan  Kontrol Diri.

v      Humanistik
Dasar dari terapi humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pendekatan yang dikenal dari terapi humanistic ini adalah terapi yang berpusat pada klien atau Client-Centered Theraphy.
Tugas terapis dalam terapi ini hanya mempermudah proses pemecahan masalah klien. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini ialah sebagai fasilitator.untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang dihadapi, maka dalam diri terapis diperlukan empati, rapport, dan ikhlas. Empati merupakan kemampuan memahami perasaan yang dapat mengungkapkan klien dan kemampuan mengkomunikasiakn pemahaman terhadap klien. Terapis berusaha agar masalah yang terjadi pada klien dapat di hadapi oleh sudut pandang klien sendiri. Rapport adalah menerima klien dengan tulus sebagaimana adanya. Ikhlas dalam arti sifat terbuka, jujur, dan tidak berpura-pura.

v      Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan pada proses-proses kognitif, seperti persepsi, keyakinan, dan sikap terhadap diri sendiri dan orang lain/lingkungan. Dalam pendekatan ini asumsinya ialah bahwa pikiran mempengaruhi cara kita bertindak dan merasa. Kesalahan dalam berpikir menyebabkan terjadinya perasaan tidak nyaman (distress) dan gangguan atau penyimpangan perilaku. Tujuan dalam pendekatan kognitif ini ialah membantu menurunkan takanan emosional yang berkaiatan dengan pola-pola perilaku maladaftif dengan cara mengubah atau mengoreksi kesalahan kognisi pada klien. Disini klien dipandang sebagai agen perubahan dirinya sendiri.

Kasus-kasus yang dapat ditangani oleh masing-masing pendekatan diatas:
1.    Psikoanalisa
Mawar adalah seorang wanita, ia sudah berumur 28 tahun dan belum pernah pacaran. Setiap ada laki-laki yang mendekatinya ia selalu menolak dan selalu menjaga jarak dengan laki-laki tersebut. Mawar selalu menghindar jika ada laki-laki yang mencoba mendekatinya. Hal ini terjadi karena pada saat Mawar duduk di bangku SMP teman dekatnya menjadi korban pemerkosaan.  Jadi, setiap ada laki-laki yang mencoba mendekatinya ia selalu menghindar karena merasa cemas dan takut jika hal yang terjadi pada temannya dulu akan terjadi padanya juga.
2.    Behavioral
Atun selalu mabuk disaat ia merasa stress, karena menurutnya dengan mabuk dapat menghilangkan penat yang ia rasakan. Atun selalu mengulangi perilaku nya itu setiap kali ia merasakan penat dan merasa memiliki beban dengan minum-minuman beralkohol secara berlebihan
3.    Humanistik
Jono adalah anak yang kurang suka bergaul, di lingkungan sekolahnya ia mendapat perlakuan dari teman-temannya yang kurang menyenangkan seperti ia sering dibully. Dia mencoba bertahan di kelasnya tersebut walau ia sering di bully oleh temannya dan ia sebenarnya merasa tertekan. Walaupun sebenarnya ia sudah tidak betah dengan keadaan kelas yang seperti itu tapi Jono selalu mencoba untuk bertahan dengan situasinya itu. Sampai akhirnya ia menjadi jarang masuk kelas.
4.    Kognitif
Usro adalah seorang mahasiswa, saat ia pergi ke kampus ia terjatuh di tangga kampus dan tergelincir sehingga kakinya harus diurut. Sebelumnya tetangganya pernah juga terjatuh dari tangga dan mengalami pergeseran tulang sehingga membuat tetangganya itu lumpuh. Walaupun Usro tidak mengalami luka yang parah, ia selalu merasa bahwa kakinya sulit untuk digerakan padahal sebenarnya ia tidak mengalami luka separah itu.

Tanggapan mengenai kasus di atas:
1.   Psikoanalisa: Pada kasus Mawar tersebut, dapat melakukan terapi psikoanalisa karena pada terapi yang menggunakan pendekatan psikoanalisa mengacu pada pengalaman masa lalu. Dengan menggunakan pendekatan ini terapis akan mengetahui penyebab terjadinya kecemasan pada Mawar. Dimana Mawar mengalami trauma pada saat ia SMP.
2.    Behavioral: Pada kasus Atun dapat menggunakan pendekatan behavioral dengan menggunakan teknik latihan asertiv dimana Atun diharapkan dapat mengganti stimulus yang dia sukai menjadi hal yang tidak ia sukai. Karena Atun suka mabuk secara berlebihan maka disini Atun diminta untuk mencampurkan obat ke dalam minumannya sehingga ia merasa tidak nyaman lagi dengan hal tersebut.
3.    Humanistik: Pada kasus Jono dapat menggunakan terapi dengan pendekatan Humanistik karena Jono cemderung menggunakan pertahanan diri dan merepres rasa tertekannya tersebut. Maka terapis diharuskan untuk mendorong Jono untuk menemukan pandangan mengenai permasalahannya sehingga Jono dapat menemukan jalan keluar dan menyelesaikan permasalahannya dengan baik.
4.  Kognitif: Pada kasus Usro dapat menggunakan pendekatan kognitif karena Usro memiliki pemikiran yang tidak sesuai dan dia beranggapan bahwa dia tidak bisa berjalan akibat jatuh dari tangga di kampus. Dengan keadaannya tersebut maka terapis meluruskan pemikiran Usro yang irasional menjadi rasional. Lalu terapis membantu untuk Usro untuk berdiri dan memberikan dorongan pada Usro untuk melangkah, hingga Usro dapat mematahkan pemikiran irasionalnya tersebut.


Sumber:
Dwi R., Hendro P. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Indryawati, Rini. (2005). Terapi Kognitif. Tersedia:

Kukuh J.A. (2013). Esensial Konseling. Yogyakarta: Garudhawaca.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ms. Sunshine Blogger Template by Ipietoon Blogger Template