v Psikoanalisa
Dalam pendekatan psikoanalisa, memiliki
pandangan bahwa suatu gejala dapat terjadi karena pengalaman masalalu atau
trauma masalalu. Pendekatan psikoanalisa ini juga lebih dikenal dengan istilah “asosiasi
bebas”. Sedangkan tujuan dari psikoanalisa itu sendiri yaitu untuk membantu
menyadarkan individu dari konflik yang tidak disadari serta mekanisme
pertahanan (defence mechanism) yag
digunakan untuk mengendalikan kecemasan. Apabila motif dan rasa takut yang
tidak disadari telah diketahui, maka hal-hal tersebut dapat diatasi dengan cara
yang lebih rasional dan realistis. Dalam pendekatan psikoanalisa ini terdapat 5
teknik yang digunakan:
Asosiasi Bebas: Dalam teknik ini klien diminta untuk
menceritakan apa saja yang muncul dalam pikirannya, dimana posisi terapis
berada dibelakang klien saat klien sedang menceritakan segala sesuatu dalam
pikirannya tersebut. Teknik asosiasi bebas ini merupakan suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman-pengalam masa lampau dan pelepasan emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasitraumatis masa lalu.
Penafsiran (Interpretasi): Fungsi
dari teknik interpretasi ini adalah mendorong ego untuk mengasimilasi
bahan-bahan baru dan mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara
lebuh lanjut. Dimana terapis menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien
makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi beas,
resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Analisi Mimpi: Analisi
mimpi merupakan metode mengungkap alam bawah sadar dan memberikan klien
pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Karena, selama
tidur pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang dipress akan muncul meskipun dalam bentuk
lain. Mimpi meiliki dua taraf, yaitu isi laten da nisi manifest. Tugas terapis
disini adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol
yang terdapat dalam isi manifest. Terapis
juga meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest
untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Resistensi: Resistensi adalah sesuatu yang
melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak
disadari. Dalam asosiasi bebas, interpretasi dan analisis mimpi klien dapat
menunjukan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalamannya. Pada resistensi ini dapat melihat sarana bertahan klien terhadap
kecemasan.
Transferensi: Transferensi dalam
keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau
secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dengan cara
ini maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam
terapi dan kemungkiann klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari
fiksasi-fiksasi, konflik-konflik atau deprivasi-deprivasinya, saat mengatakan
mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya.
v Behavioral
(Belajar)
Pendekatan behavioral ini memusatkan pada
perilaku atau tindakan sebagai sasaran utama intervensi. Pendekatan ini
dirancang untuk membantu klien merubah perilaku mereka yang maladaftif . suatu
perilaku dikatakan tidak adaptif jika tidak sesuai atau menyimpang dari harapan
dan menyebabkan terjadinya hambatan perkembangan dan masalah dengan lingkungan.
Tujuan umum dari pendekatan ini adalah untuk membantu klien mengembangkan perilaku
adaftif dalam berbagai situasi. Dalam pendekatan ini terdapat teknik Desensitisasi
Sistematis, Latihan Asertif, Terapi Aversi, Penghentian
Pikiran, dan Kontrol Diri.
v Humanistik
Dasar dari terapi humanistik adalah
penekanan keunikan setiap individu serta memusatkkan perhatian pada
kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini
bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan
membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pendekatan yang dikenal dari terapi humanistic
ini adalah terapi yang berpusat pada klien atau Client-Centered Theraphy.
Tugas terapis dalam terapi ini hanya
mempermudah proses pemecahan masalah klien. Terapis juga tidak mengajukan
pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian
tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini ialah sebagai fasilitator.untuk
mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang dihadapi, maka dalam diri
terapis diperlukan empati, rapport, dan ikhlas. Empati merupakan kemampuan
memahami perasaan yang dapat mengungkapkan klien dan kemampuan
mengkomunikasiakn pemahaman terhadap klien. Terapis berusaha agar masalah yang
terjadi pada klien dapat di hadapi oleh sudut pandang klien sendiri. Rapport adalah menerima klien dengan
tulus sebagaimana adanya. Ikhlas dalam arti sifat terbuka, jujur, dan tidak
berpura-pura.
v Kognitif
Pendekatan kognitif
menekankan pada proses-proses kognitif, seperti persepsi, keyakinan, dan sikap
terhadap diri sendiri dan orang lain/lingkungan. Dalam pendekatan ini asumsinya
ialah bahwa pikiran mempengaruhi cara kita bertindak dan merasa. Kesalahan dalam
berpikir menyebabkan terjadinya perasaan tidak nyaman (distress) dan gangguan
atau penyimpangan perilaku. Tujuan dalam pendekatan kognitif ini ialah membantu
menurunkan takanan emosional yang berkaiatan dengan pola-pola perilaku
maladaftif dengan cara mengubah atau mengoreksi kesalahan kognisi pada klien. Disini
klien dipandang sebagai agen perubahan dirinya sendiri.
Kasus-kasus yang dapat ditangani oleh
masing-masing pendekatan diatas:
1. Psikoanalisa
Mawar adalah seorang wanita, ia sudah
berumur 28 tahun dan belum pernah pacaran. Setiap ada laki-laki yang
mendekatinya ia selalu menolak dan selalu menjaga jarak dengan laki-laki
tersebut. Mawar selalu menghindar jika ada laki-laki yang mencoba mendekatinya.
Hal ini terjadi karena pada saat Mawar duduk di bangku SMP teman dekatnya
menjadi korban pemerkosaan. Jadi, setiap
ada laki-laki yang mencoba mendekatinya ia selalu menghindar karena merasa
cemas dan takut jika hal yang terjadi pada temannya dulu akan terjadi padanya
juga.
2. Behavioral
Atun selalu mabuk disaat ia merasa stress,
karena menurutnya dengan mabuk dapat menghilangkan penat yang ia rasakan. Atun
selalu mengulangi perilaku nya itu setiap kali ia merasakan penat dan merasa
memiliki beban dengan minum-minuman beralkohol secara berlebihan
3. Humanistik
Jono adalah anak yang kurang suka bergaul,
di lingkungan sekolahnya ia mendapat perlakuan dari teman-temannya yang kurang
menyenangkan seperti ia sering dibully. Dia mencoba bertahan di kelasnya
tersebut walau ia sering di bully oleh temannya dan ia sebenarnya merasa
tertekan. Walaupun sebenarnya ia sudah tidak betah dengan keadaan kelas yang
seperti itu tapi Jono selalu mencoba untuk bertahan dengan situasinya itu. Sampai
akhirnya ia menjadi jarang masuk kelas.
4. Kognitif
Usro adalah seorang mahasiswa, saat ia
pergi ke kampus ia terjatuh di tangga kampus dan tergelincir sehingga kakinya
harus diurut. Sebelumnya tetangganya pernah juga terjatuh dari tangga dan mengalami
pergeseran tulang sehingga membuat tetangganya itu lumpuh. Walaupun Usro tidak
mengalami luka yang parah, ia selalu merasa bahwa kakinya sulit untuk digerakan
padahal sebenarnya ia tidak mengalami luka separah itu.
Tanggapan
mengenai kasus di atas:
1. Psikoanalisa:
Pada kasus Mawar tersebut, dapat melakukan terapi psikoanalisa karena pada
terapi yang menggunakan pendekatan psikoanalisa mengacu pada pengalaman masa
lalu. Dengan menggunakan pendekatan ini terapis akan mengetahui penyebab
terjadinya kecemasan pada Mawar. Dimana Mawar mengalami trauma pada saat ia SMP.
2. Behavioral: Pada
kasus Atun dapat menggunakan pendekatan behavioral dengan menggunakan teknik
latihan asertiv dimana Atun diharapkan dapat mengganti stimulus yang dia sukai
menjadi hal yang tidak ia sukai. Karena Atun suka mabuk secara berlebihan maka
disini Atun diminta untuk mencampurkan obat ke dalam minumannya sehingga ia
merasa tidak nyaman lagi dengan hal tersebut.
3. Humanistik: Pada
kasus Jono dapat menggunakan terapi dengan pendekatan Humanistik karena Jono
cemderung menggunakan pertahanan diri dan merepres rasa tertekannya tersebut. Maka
terapis diharuskan untuk mendorong Jono untuk menemukan pandangan mengenai
permasalahannya sehingga Jono dapat menemukan jalan keluar dan menyelesaikan
permasalahannya dengan baik.
4. Kognitif: Pada kasus Usro
dapat menggunakan pendekatan kognitif karena Usro memiliki pemikiran yang tidak
sesuai dan dia beranggapan bahwa dia tidak bisa berjalan akibat jatuh dari
tangga di kampus. Dengan keadaannya tersebut maka terapis meluruskan pemikiran
Usro yang irasional menjadi rasional. Lalu terapis membantu untuk Usro untuk
berdiri dan memberikan dorongan pada Usro untuk melangkah, hingga Usro dapat
mematahkan pemikiran irasionalnya tersebut.
Sumber:
Dwi R., Hendro P. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Indryawati, Rini. (2005).
Terapi Kognitif. Tersedia:
Kukuh J.A. (2013). Esensial Konseling. Yogyakarta:
Garudhawaca.
0 komentar:
Posting Komentar