TERAPI KELOMPOK
A. Pengertian Terapi Kelompok
Individu-individu
yang menempati wilayah tertentu merupakan suatu perkumpulan atau disebut dengan
kelompok. Dengan demikian, kehidupan individu ini tidak terlepas dari kelompok,
baik kelompok kecil seperti keluarga dan kelompok kerja, maupun kehidupan
kelompok besar seperti masyarakat, bangsa, dan lain sebagainya.
Secara
singkat dapat diartikan bahwa kelompok merupakan kumpulan dari orang-orang yang
mengadakan interaksi dengan sesamanya secara lebih sering dari pada mereka yang
mengadakan interaksi perorangan. Dari pemahaman tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kelompok merupakan kumpulan individu yang mengadakan interaksi
secara mendalam antara satu dengan yang lain. Mereka memiliki kesatuan persepsi
untuk bertingkah laku di dalam maupun luar kumpulan mereka.
Sementara
itu, konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. Menurut
Gazda (dalam Nurdian & Anwar, 2014) konseling kelompok adalah suatu proses
interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada usaha dalam berfikir dan
bertingkah laku, serta melibatkan pada fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan,
serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya
mempercayai, pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan.
B. Cara Melakukan Terapi Kelompok
1. Tahap awal kelompok
Proses utama selama tahap awal adalah
orientasi dan eksplorasi. Pada awalnya tahap ini akan diwarnai keraguan dan kekhawatiran,
namun juga harapan dari peserta. Namun apabila konselor mampu memfasilitasi
kondisi tersebut, tahap ini akan memunculkan kepercayaan terhadap kelompok. Langkah-langkah
pada tahap awal kelompok adalah :
a. Menerima secara terbuka dan mengucapkan
terima kasih
b. Berdoa
c. Menjelaskan pengertian konseling
kelompok
d. Menjelaskan tujuan konseling kelompok
e. Menjelaskan cara pelaksanaan konseling
kelompok
f. Menjelaskan asas-asas konseling
kelompok
g. Melaksanakan perkenalan dilanjutkan
rangkaian nama
2. Tahap Peralihan
Tujuan tahap ini adalah membangun iklim
saling percaya yang mendorong anggota menghadapi rasa takut yang muncul pada
tahap awal. Konselor perlu memahami karakterisik dan dinamika yang terjadi pada
tahap transisi. Langkah-langkah pada tahap peralihan:
a. Menjelaskan kembali kegiatan konseling
kelompok
b. Tanya jawab tentang kesiapan anggota
untuk kegiatan lebih lanjut
c. Mengenali suasana apabila anggota
secara keseluruhan atau sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan
mengatasi suasana tersebut
d. Memberi contoh masalah pribadi
yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok
3.
Tahap kegiatan
Pada tahap ini ada proses
penggalian permasalahan yang mendalam dan tindakan yang efektif. Menjelaskan
masalah pribadi yang hendak dikemukakan oleh anggota kelompok. Langkah-langkah
pada tahap kegiatan adalah :
a. Mempersilakan anggota kelompok
untuk mengemukakan masalah pribadi masing-masing secara bergantian
b. Memillih /menetapkan masalah yang
akan dibahas terlebih dahulu
c. Membahas masalah terpilih secara
tuntas
d. Selingan
e. Menegaskan komitmen anggota yang
masalahnya telah dibahas (apa yang akan dilakukan berkenaan dengan adanya
pembahasan demi terentaskan masalahnya)
4. Tahap Pengakhiran
Pada
tahap ini pelaksanaan konseling ditandai dengan anggota kelompok mulai
melakukan perubahan tingka laku di dalam kelompok. Langkah-langkah pada tahap
pengakhiran adalah :
a. Menjelaskan bahwa kegiatan konseling
kelompok akan diakhiri
b. Anggota kelompok mengemukakan kesan
dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing
c. Membahas kegiatan lanjutan
d. Pesan serta tanggapan anggota
kelompok
e. Ucapan terima kasih
f. Berdoa
g. Perpisahan
C. Manfaat Terapi
Kelompok
Terdapat berbagai manfaat dari konseling kelompok
sebagai proses belajar dan upaya membantu klien dalam pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh George dan Cristiani (dalam Nurdian & Anwar, 2014)
diantaranya:
1. Konseling kelompok cukup efisien. Konselor
dapat memberikan pelayanan kepada klien lebih banyak.
2. Konseling kelompok menyediakan konteks
interpersonal sosial yang bekerja pada masalah antar pribadi.
3. Klien memiliki kesempatan untuk mempraktekan
perilaku baru.
4. Konseling kelompok memungkinkan klien untuk
menempatkan maslah dalam perspektif mereka dan untuk memahami bagaimana
persamaan dan perbedaan mereka dengan orang lain.
5. Klien dapat saling mendukung.
6. Klien belajar keterampilan komunikasi
interpersonal.
7. Klien diberi kesempatan untuk memberi serta
menerima bantuan dari anggota kelompok lain.
D. Kasus-Kasus Yang Ditangani Konseling Kelompok
Beberapa tujuan khusus dari layanan
konseling kelompok ialah membantu konseli agar:
- Menjadi
lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain,
- Belajar
mempercayai diri sendiri dan orang lain,
- Berkembang
untuk lebih menerima diri sendiri,
- Belajar
berkomunikasi dengan orang lain,
- Belajar
untuk lebih akrab dengan orang lain,
- Belajar
untuk bergaul dengan sesama atau lawan jenis,
- Belajar
untuk memberi dan menerima,
- Menjadi
peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain,
- Meningkatkan
kesadaran diri sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih.
Beberapa
masalah yang dapat diselesaikan terapi kelompok :
• Masalah anak dengan rumah
• Masalah anak dengan sekolah
• Masalah anak dengan pengisian waktu
luang
• Masalah anak dengan pribadinya
• Masalah anak dengan masa depan.
• Masalah anak yang berhubungan dengan
moral & agama
E. Contoh Kasus
Pada kasus ini konselor telah memiliki data sekelompok remaja yang
memiliki permasalahan dengan kasus yang sama, yaitu remaja yang memiliki kondisi cacat fisik yang
menyebabkan mereka stress, depresi, dan merasa terbebani. Dimana terdapat dua
kelompok remaja, yaitu kelompok remaja cacat fisik bawaan dan remaja cacat
fisik perolehan. Kemudian konselor membentuk kelompok sesuai dengan kriteria
cacat fisiknya. Pada saat konseling berlangsung mereka diminta untuk
menceritakan inti dari permasalahannya (satu persatu) dari masing-masing
individu. Dan mereka jugalah yang menemukan permasalahan yang mereka hadapi dan
memecahkan permasalahan tersebut secara bersama-sama. Kemudian konselor
membantu untuk meluruskan. Sehingga, saat sesi konseling berakhir,
perlahan-lahan subjek pun berusaha kembali mengenali diri sendiri dan menerima
diri dengan apa adanya, serta nyaman dengan hidup yang dijalani, dengan
mendapatkan masukan dari anggota lain subjek menjadi lebih bersemangat dan
optimis untuk menjalani hidupnya.
Sumber:
Astuti,
B. (2012). Tersedia:
Mashudi, F. (2012). Psikologi Konseling. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Nurdian, M.D., &
Anwar, Z. (2014). Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Resilendi Pada Remaja
Penyandang Cacat Fisik (DIfable). Jurnal
JIPT. Vol. 02, No. 01.
Sugiyanto. Tersedia:
0 komentar:
Posting Komentar